Awalnya, kukira aku bisa mengenalmu sebagai teman biasa seperti yang lainnya. Kukira aku bisa berbincang denganmu tanpa ada rasa yang lain. kukira aku bisa mengirim pesan tanpa menunggu balasanmu. Tapi aku salah....
Terkadang kamu menyapaku, lalu menghilang untuk beberapa waktu. Ada kalanya kamu bercengkrama dan merayu, lalu beberapa detik kemudian kamu dingin bagaikan salju. Ada saat dimana kamu mengingatku, lalu berhari - hari kamu melupakanku. Dan ada saat kamu bertanya, kemudian tak lagi peduli dengan jawabanku.
Kamu lebih sering mengabaikanku dibanding peduli. Lebih banyak diam dibanding bicara. Hanya sesekali membuka celah. Harusnya aku benci, tapi hatiku menolak.
aku hanya tempat singgahmu menepi. meski aku menawarkan rumah, kamu tetap pergi.
Aku tahu kita akan berakhir tanpa memulai apa-apa. Aku tak ingin berjuang sendiri. Hanya aku yang menunggu pesan darimu. Hanya aku yang berdebar mendengar suaramu. Hanya aku yang mencari-cari topik agar kita bisa terus mengobrol.
Kini, aku ingin mengikhlaskan nya saja. Percuma saja jika memperjuangkan sesuatu yang tidak bisa diperbaiki. Karena sekeras apapun memaksa, akhirnya akan tetap berjuang sendirian.
Bukan karena menyerah, tapi sudah terlalu rumit untuk diperbaiki.
Kelak akan ada sore yang sepi bagimu, satu persatu kenangan mulai kau ingat, dan tersenyum ketika giliranku lewat
Komentar
Posting Komentar