Tak butuh pintar untuk mengetahui kenyataan yang tak selamanya sesuai. Dulu kamu hanya ingin denganku, dan aku juga hanya ingin denganmu. Tapi nyatanya hanya aku yang selalu berkeinginan seperti itu
Izinkan aku mengucap maaf. Maaf aku sudah terjatuh terlalu dalam. Aku terlanjur mencintaimu begitu dalam. Maaf, aku merasa memilikimu hingga saat ini. Maaf, aku tak sepertimu, aku susah menerima keadaan bahwa kita sudah tak sejalan.
Entah siapa yang harusnya kusalahkan. Ekspektasi yang terlalu tinggi atau semesta yang terlalu lambat untuk menyadarkanku. Aku butuh waktu untuk memahami bahwa semua, kita sudah tak seperti dulu. Butuh waktu untuk memaklumi nahwa hubungan ini sudah tak seperti dulu, kita tak seakrab dulu. Untuk mengerti bahwa aku sudah tidak berarti lagi. Khayalanku masih terbang tinggi, dan tanpa kusadari sepasang tanganmu tak menangkapku lagi.
Jika kamu baik - baik saja, aku turut bahagia (:
Harusnya aku bisa belajar, agar mengerti bahwa posisiku kelak akan terganti. Agar aku bisa menerima bahwa bukan lagi aku yang kau butuhkan.
Namun aku bisa apa? Luka ini akan kujahit sendiri, tapi tak kan serapi dulu. Kamu pun disana sudah tak lagi peduli. Andai kamu menoleh lagi sebentar saja, lihatlah. Aku masih disini, masih menganggapmu lebih dari berarti. Meski aku sudah tidak berarti lagi untukmu.
Aku belum biasa mengakui dia lebih mampu. Aku belum mampu kalau dia lah tujuanmu yang sekarang. Kupikir tak ada yang bisa sepertiku, tapi ternyata kamu menemukan yang dengan mudah menggeserku
maaf jika sampai saat ini yang kubutuhkan masih kamu, saat kamu tidak. Izinkan aku membenahi serpihan - serpihan yang berserakan. Sementara kamu, pergilah dengan yang kau sebut kebahagiaan.
Aku disini, sedang belajar merelakan posisi yang telah terganti :)
Komentar
Posting Komentar